Sabtu, 20 Oktober 2012

Sabtu, 28 Juli 2012

" KECERDASAN '


Kecerdasan
            Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menginspirasi cara pandang yang berbeda tentang pendidikan. Konsep Multiple Intelligences (MI) ini dikembangkan Howard Gadner, psikolog Havard. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi 8 (delapan) kategori yang komprehensif atau 8 kecerdasan dasar yaitu:
 Kecerdasan Linguistik
Y
 Kecerdasan Logika-Matematika
Y
 Kecerdasan Intrapersonal
Y
 Kecerdasan Interpersonal
Y
 Kecerdasan Ritmis-Musikal
Y
 Kecerdasan Visual-Spasial/Ruang
Y
 Kecerdasan Kinestetik
Y
 Kecerdasan Naturalis
Y

             Setiap manusia memiliki 8 jenis kecerdasan ini, ada yang memiliki kedelapan kecerdasan tersebut secara menonjol, ada pula yang memiliki 7, 6, 5, 4, 3, 2, bahkan hanya 1 yang cukup menonjol. Dengan kecerdasan yang menonjol tersebut setiap orang dapat berkembang secara optimal.

             Semua orang bisa menjadi sosok yang berprestasi dengan potensi-potensi yang Tuhan berikan kepada kita tersebut. Kebanyakan orang tahu apa yang harus dia lakukan namun pada kenyataannya kebanyakan orang tidak mau melakukan dan mewujudkan.

             Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa seseorang tidak bisa berkembang karena diklaim bodoh. Setiap manusia itu cerdas, dengan kecerdasan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seseorang memiliki kemahiran dalam dunia olah raga, namun ia lemah dalam akademik di sekolah, maka ia disebut cerdas kinestetis jasmani. Seorang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam musik, tetapi amat rendah dalam matematika, ia pun cerdas musikal.

             Bersamaan dengan berkembangnya teori Multiple Intelligences (MI), juga berkembang teori otak, yang menyangkut teori belahan otak, teori lapisan otak, teori gelombang otak. Teori-teori ini telah benar-benar merubah paradigma belajar konvensional menjadi paradigma baru yang lebih segar.

Selasa, 27 April 2010

“Sewindu Kenangan Manis’

Penyelenggara Contemporary Dance School ‘Wisnoe Wardhana’ dan didukung oleh Taman Budaya Yogyakarta. Pentas diselenggarakan pada 18 April 2010, pukul 19.30 WIB-Selesai, bertempat di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.
Acara ini menampilkan 11 karya tari Prof DR Ki Wisnoe Wardhana Suryodiningrat. Karya tari yang sebagian besar diciptakan pada tahun 1960-an akan dientaskan di gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Pementasan ini untuk mengenang karya-karya beliau. Pentas ini disutradarai langsung oleh istri alm. Prof DR Ki Wisnoe Wardhana Suryodiningrat, Ray Wisnoe W. Suryodiningrat. Bahkan sang istri juga ikut terlibat sebagai penari dalam karya Tari Bedhoyo ‘Suksma Adi Linuwih’, Tari ‘Nada Irama’, dan Tari Topeng ‘Sih Pie – Dewandini’

Kiprah Romo Wisnoe dalam jagad kesenian di Yogyakarta sangatlah besar. Selama hampir seluruh hidupnya, bahkan sampai akhir hanyatnya, beliau masih getol mengabdikan dirinya dalam dunia yang juga digeluti oleh ayahnya ini. Sejak muda, ia memang telah dididik oleh orangtuanya untuk menjadi seorang budayawan. Selain itu, ia juga dipersiapkan untuk meneruskan jejak ayahnya dalam mengelola sebuah sanggar kesenian Puser Widya Nusantara Jawa, yang berbasis masyarakat desa di Yogyakarta.

Menurut ketua panitya, RM Condroyono M.SP, pentas ini merupakan ujud rasa syukur dan terimakasih atas penganugerahan Gelar Maestro kepada Ki Wisnoe Wardhana oleh pihak Taman Budaya Yogyakarta.

”Andil beliau pada perkembangan seni tari sangat besar. Karya-karya beliau telah ikut mengisi, melengkapi dan mewarnai seni tari yang berkembang di Indonesia. Tanpa beliau, perkembangan seni tari mungkin tidak akan seperti yang berkembang saat ini. Oleh karena itu kami punya penghargaan dengan mementasakan karya-karya beliau, harapan kami nanti mampu menggugah inspirasi dan kreativitas pada penari penerus,” ungkap RM Condroyono M.SP.

Maka, tak salah apabila banyak orang Yogyakarta yang merasa kehilangan seorang sosok pengayom masyarakat ketika Romo Wisnoe meninggal dunia pada usia 72 tahun pada tahun 2002 lalu.

Bagi temen-temen wartawan, jika ingin wawancara lebih lanjut, silahkan wawancara dengan nara sumber berikut :

- Ray Wisnoe W. Suryodiningrat (Sutrdara/Istri Alm. RM. Ki Wisnoe Wardhana)
- Dra Ray MG Sugiyarti M.Hum (Pelatih Tari)
- Ir RM Condroyono M.SP (Pimpinan Produksi)
_________________________________________________________

MATERI TARI YANG DIPENTASKAN

Gelar Karya Tari Prof. Dr. RM. Ki Wisnoe Wardhana Suryodiningrat

“Sewindu Kenangan Manis’

1. Tari Bedhoyo ‘Suksma Adi Linuwih’

Karya tari ini merupakan karya terakhir Prof Dr RM Ki Wisnoe Wardhana Suryodiningrat, tahun 2000. Tarian ini menggambarkan para bidadari yang melambangkan proses terjadinya alam semesta serta dunia seisinya. Penari : Ray Wisnoe W. Suryodiningrat, Dr RA Sekar Djatiningrum Sp.Kk, Dra Ray MG Sugiyarti M.Hum, Dra RA Anggrita Sallestyani, M. Denok Dewi Wulandari Pamungkas Sari S.Pd, Ratih Dewayani S.Sn, Arjuni Prasetyorini.

2. Tari ‘Adik Bermain’

Tarian ini diciptakan tahun 1958 dan hanya diriringi dengan bonang tunggal. Isi taria ini menggambarkan anak dimasa lalu yang tengah bermain. Penari : Evita Markandisari

3. Sendratari ‘Orang Kuat’

Tarian yang diciptakan tahun 1962 ini menggambarkan satire dramatis yang penuh lambang-lambang Jaka Tingkir yang sakti dan rupawan. Dia seorang panglima pasukan kerajaan Demak kala itu. Datanglah Daduk Awuk untuk melamar menjadi tamtama dan akhirnya tewas tertusuk sadak (gulungan sirih) dalam ujian sang Tingkir. Tarian ini kamufalase skandal, tokoh berbadan kuat sebenarnya adalah wanita calon permaisuri raja yang ternoda oleh Jaka Tingkir. Atas kesalahan itu pula, Jaka Tingkir dipberhentikan dari jabatannya. Penari : RM Wiskara Jati Prasetya (Dadung Awuk), Eko Dwiyanto (Jaka Tingkir), Marsyiah, Empi Aryanti, Yunita Utami (Putri-putri).

4. Tari Balet ‘Riang’

Tari ini diciptakan tahun 1959. Gambaran dalam tari ini tentang suasan keriangan masa remaja yang penuh gairah dan rasa optimisme. Penari : Dra RA Anggrita Sallestyani, RA B Paramita Naristina Widyastuti, Arjuni Prasetyorini, Joko Sudibyo

5. Tari ‘Yogaprana’

Gambaran tentang lahir-hidup-mati manusia yang coba digambarkan dalam tarian yang diciptakan tahun 1953 ini. Penari : Dr RA Sekar Djatiningrum Sp.Kk,

6. Sendratari ‘Cinde Laras’

Dalam garapan ini menggambarkan Cinde Lara yang menitipkan telur ayam pada ular untuk dierami. Setelah akhirnya menetas, ayam jago itu dibawakanya ke kerajaan untuk ikut aduan. Ayam jago Cinde Laras akhirnya mampu mengalahkan ayam jago Raden Putro. Karena kalah, Raden Putro merasa penasaran dengan ayam jago Cinde Laras, apalagi ketika berkokok suaranya begitu unik. Dan ketika Raden Putro mencoba mengikuti Cinde Laras hingga rumahnya, ia terkejut begitu tahu ternyata tahu siapa ibunya Cinde Laras. Ibu Cinde Laras ternyata bernama Timun Emas, dan ia adalah istri Raden Putro sendiri. Betapa bahagianya akhirnya Cinde Laras bisa mempersatukan kedua orang tuanya. Tarian ini diciptakan tahun 1960. Penari : Evita Markandisari (Cinde Laras), Ratis Dewayani (Raden Putro), RA B Paramita Naristina Widyastuti (Timun Emas), Ari Nugroho (Ayam Jago Cinde Laras), Andi Marwanto (Ayam Jago Raden Putro), Yuliana (Ular).

7. Tari ‘Nada Irama’

Tarian ini diciptakan tahun 1963, dengan iringan gamelan. Isi tarian ini merupakan interpretasi musikal secara bebas nada dan irama warna-warna suara instrumen, efeknya pada perasaan terpantul dalam sikap tubuh yang harmonis. Penari : Ray Wisnoe W. Suryodiningrat

8. Tari ‘Mayuret Fon’

Tarian ini menggambarkan keelokan seekor burung merak. Tari ini diciptakan tahun 1964. Penari : Dra Ray MG Sugiyarti M.Hum

9. Tari Srandul ‘Menak Kanjun’

Iringan yang digunakan mengiringgi tari yang diciptakan tahun 1964 ini rebana, tamborin dan vokal. Tari ini mengisahkan Wong Agung Menak Jayengrana yang dipenjara oleh Prabu Kanjun ditolong oleh dua putri salah satu adik Prabu Kanjun sendiri. Kedua Putri tersebut bermimpi bertemu Jayengrana dan berusaha mencarinya. Mengetahui Jayengrana dipenjara, kedua putri tersebut memberi pertolongan, tetapi berakhir setuju bekerjasama, keduanyta dipersunting Jayengrana. Prabu Kanjun yang semula marah-marah, akhirnya dilerai Umarmaya, karena tak urung akan menjadi iparnya. Penari : RM Kharisma Saktya Dewangga (Prabu Kanjun), RM Wiskara Pramatatya (Jayengrana), Bakriyanto (Umarmaya), M. Denok Dewi Wulandari Pamungkas Sari Spd (Dyah Sirtui Pelaeli), Yunita Utami (Dyah Sudarawerti)


10. Tari ‘Manusia dan Kursi’

Tarian yang dicviptakan tahun 1964 ini dihadirkan tanpa menggunakan iringan. Tari ini merupakan sebuah pantomim yang menggambarkan hubungan manusia dan kursi. Kursi bukan hanya tempat duduk, tapi bisa bermacam ‘konotasinya’, antara lain sebagai simbol kekuasaan. Ada kursi empuk, ada kursi yang penuh kutu busuk, ada kursi goyang yang bikin angler yang duduk, tapi kalau kedudukan digoyang jadi stress. Ada manusia yang ditunggangi kursi (kedudukan), sehingga tidak bisa menjadi dirinya sendiri alian tidak punya jati diri. Dahulu orang buang hajad (BAB) jongkok, tapi kemajuan jaman, tidak lagi jongkok tapi kaya duduk dikursi. Hubungan manusia dan kursi memang sangat erat mungkin hampir separuh hidupnya dihabiskan bersama kursi, entah itu dikursi mobil, kursi pesawat, bahkan kursi pesakitan, dll. Penari : Jujuk Prabowo

11. Tari Topeng ‘Sih Pie – Dewandini’

Tarian ini diciptakan tahun 1950 dan pernah pula dipentaskan di Taman Ismail Marzuki pada tahun 1990. Tarian ini menggambarkan pasukan Tartar yang dipimpin Jenderal Sih Pie berlayar dan mendarat di Jawa bertemu dengan prajurit Majapahit yang dipimpin Dewandini. Maka terjadilah peperangan dan akhirtnya dihentikan oleh Raden Wijaya, yang kemuadian menjadi raja Majapahit dan bergelar Brawijaya. Penari : RM Wiskara Jati Prasetya (Sih-Pie), RM Pandu Bagyo (Dewandini). Prajurit Majapahit : RM Tejo Darmokusumo,Sp.MMA, Drs HC. Mulyoharjo, Sri Rangga, Suradiyana, Sukristianto, Daud Prananto Widagdo, Daniel Pranyoto Wibowo, Joko Sudibyo. Prajurit Tar-tar : RM Kharisma Saktya Dewangga, RM Wiskara Pramatatya, Eko Dwiyanto, Bakriyanto, Parjiyo, Sriyanto, Slametarno, Marsiyah, Empi, Sartini, Endang

Rabu, 13 Mei 2009

JOGJA KOTA BUDAYA

Tidak dapat disangkal bahwa Jogjaku adalah kota budaya, selain sebutan yang lain sebagai kota pelajar, hal ini dapat dirasakan denyut dan nafas kehidupan yang ada dipelosok daerah, yang sangat sarat dengan tata krama, unggah ungguh, sopan santun dan keramah tamahan masyarakatnya dalam mensikapi pendatang baru.
Sikap berbudaya yang ada di Jogja dapat kita rasakan setiap saat, baik dari pagi, siang dan malam, hal ini tentu berhubungan erat dengan adanya dua pusat kerajaan yaitu Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman, keberadaan dua pusat budaya Adiluhung tersebut dapat tercermin dari kearifan penduduk asli atau orang yang sudah lama menetap di Jogja dalam menanggapi dan mensikapi pendatang baru.
Mudah-mudahan sikap dan kearifan masyarakat Jogja dapat diwarisi oleh para generasi muda dan pendatang baru yang tinggal di Jogja untuk bergaul dan bermasyarakat.

Selasa, 17 Februari 2009

Dinas Perindag dan ESDM Kab. Kulon Progo

Sejak tanggal 2 Januari 2009 Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertambangan (PERINDAGKOPTAM) Kabupaten Kulon Progo berubah menjadi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral (PERINDAG DAN ESDM), dan pada perubahan ini kantor Pengelola Pasar termasuk dalam Dinas PERINDAGKOP DAN ESDM, sehingga pada saat ini Dinas PERINDAGKOP DAN ESDM terdiri dari 6 eselon III yaitu :
1. Sekretaris Dinas Perindag dan ESDM
2. Bidang Perindustrian
3. Bidang Perdagangan
4. Bidang Pengelola Pasar
5. Bidang Pertambangan Umum
6. BidangGeologi dan Sumber Daya Mineral
Dari Perkembangan Bidang-bidang yang ditangani, Dinas Perindag dan ESDM sangat berperanan dalam pertumbuhan dan perkembangan Ekonomi Masyarakat

Selasa, 23 September 2008

Pusat Perdagangan Ikan Kabupaten Kulon Progo

Dalam rangka memberikan fasilitas bagi para pengusaha dan petani di sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo, telah dibangun Pusat Perdagangan Ikan yang bertempat di Dusun Dipan, Desa Wates, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo tepatnya di kawasan Ruko Gawok, belakang Terminal Wates, pembangunan Pusat Perdagangan Ikan saat ini sudah selesai tinggal menunggu penyerahan dari Propinsi

Lokasi Pusat Perdagangan Ikan di Wates – Kulon Progo diharapkan dapat memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk para pengusaha dan petani yang bergerak disektor perikanan, baik bagi para petani penghasil ikan, pengusaha pedagang ikan maupun pengusaha yang bergerak dibidang penjualan sarana dan prasarana yang dibutuhkan disektor perikanan, serta tidak menutup kemungkinan adanya rumah makan atau warung makan yang representatip dengan menu disesuaikan dengan kawasan Pusat Perdagangan Ikan.

Jumat, 05 September 2008

PENGALIHAN WAKTU KERJA

Tiga Perusahaan industri di Kab. Kulon Progo yaitu PT. Sunchang, PT. Aneka Sinendo dan PT. Kurnia Bhumi Pertiwi direncanakan akan mengadakan pengalihan hari kerja yaitu dari hari Senin ke hari Minggu pada minggu ke I dan III untuk PT. Sunchang dan dari hari Jumat ke hari Minggu pada minggu ke I, III, dan IV untuk PT. Aneka Sinendo dan PT. Kurnia Bhumi Pertiwi. Pengalihan waktu kerja industri ini dimulai Bulan Agustus 2008 dan akan berlanjut sampai Tahun 2009 dengan jadwal pengalihan yang fleksibel atau dapat berubah sesuai kondisi perusahaan.
Hal ini dilaksanakan berdasarkan kesepakatan tiga perusahaan tersebut dengan PT. PLN APJ Yogyakarta. Dan sebagai upaya pengoptimalan beban listrik sesuai amanat Surat Keputusan Menteri Bersama yaitu Menteri Perindustrian, Menteri ESDM, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Negara BUMN tentang Pengoptimalan Beban Listrik Melalui Pengalihan Waktu Kerja pada Sektor Industri di Jawa-Bali.
Adapun SKB 5 (lima) Menteri tersebut dikhususkan untuk sektor industri pelanggan listrik kriteria I3 dengan penggunaan daya di atas 200 KVA. Dalam SKB 5 (lima) Menteri tersebut juga mengandung ketentuan bahwa pengalihan hari kerja tersebut bukan merupakan hari lembur. Implementasi SKB 5 (lima) Menteri di 3 (tiga) perusahaan industri di Kab. Kulon Progo ini akan dimonitoring dan dievaluasi oleh Pemda Kab. Kulon Progo dan PT. PLN APJ Yogyakarta.